Yogyakarta- Faktor kemiskinan dan kebodohan ditengarai sebagai hal yang paling rentan terhadap pemurtadan.
Adanya pemurtadan, kebanyakan terjadi pada masyarakat dengan ekonomi lemah dan tingkat pendidikan yang rendah, hal ini disampaikan anggota Majelis Tabligh dan Dakwah Khusus PP Muhammadiyah saat di temui muhammadiyah.or.id di wisma Puas Kaliurang, Sleman, Sabtu (03/05/2008). Untuk itu menurut Abu, Muhammadiyah harus bertindak antisipatif dengan menguatkan sisi internal dan membentengi pada bagian eksternal, “Muhammadiyah perlu strategi pembinaan pada kader persyarikatannya dan strategi perlawanan terhadap kelompok-kelompok pemurtadan, tapi tentu saja perlawanan yang dimaksud, bukan dengan emosional dan radikal,” jelasnya. Lebih lanjut menurut Abu, strategi pemurtadan dengan menciptakan hutang budi biasanya dilakukan pada daerah-daerah dengan peduduk miskin dan berpendidikan kurang, sedangkan untuk kalangan intelektual biasanya diciptakan presepsi yang sama tentang semua agama, sehingga apabila telah tercipta presepsi yang sama mengenai berbagai agama, maka pindah agama merupakan hal yang wajar.
Dalam kaitannya dengan maraknya pemurtadan di masyarakat, Majelis Tabligh dan Dakwah Khusus (MTDK) PP Muhammadiyah mengadakan pelatihan Kristologi dan Pemikiran-Pemikiran Kontemporer di wisma Puas Kaliurang dari hari 2 sampai 5 Mei 2008. Sebagai pembicara pelatihan Kristologi diantaranya, Yusron Asrofie, Abu Deedat Syihabuddin, Ardian Husaini, Yunahar Ilyas, Syamsul Hidayat, dan Zaini Munir Fadholi. (mac)
Sumber www.muhammadiyah.or.id
0 komentar:
Posting Komentar